Kumpulan puisi Hernowo Bayuaji
Malam
Malam masih berputar di otakku
Bahkan rembulan masih menampakan setengah wajahnya digelas minumanku
Selubung senja mengayun di balik atap di bawah mimpi yang tertidur
Pepohonan membayang menutupi rembulan melamun
Jalanan terdekap sunyi,malam riuh terbungkam
Kau ada dimana;wanita bermata anggrek biru
Setengah rotasi bumi telah keputusan mencari bayangnmu,sehelai-sehelai kata
Mengalun diiringi melodi rendevous
Jendela tua tempat bersandar hati menoreh samudra rindu
Akankah waktu berpaut;masih berpihak padaku?
Lupakan perjalanan kita,karena sebuah perjalanan tak akan melaju mundur
Catatan yang kutulis tak kosong terkuak,hingga kata
menghinggapinya mencium sajak
Biarkan kata terus mengalir malam ini,agar sinarnya terpantul rembulan yang bersolek di atas samudra
Kata berubah menjadi bait setelah penyair memainkanya dalam danau kepedihanya
Namun penyair tak dapat mengubah nasibnya sendiri;biarkan ia mengalir
Hantu keabadian seolah berubah menatap langit yang tertidur,luas terhampar dihiasi bintang kerinduan
Akankah masih berpihak padaku?
Lupakan kata yang menjadi tongkatku,lupakan lentera yang berpijar diantara hati
Biarkan baitku menghiasi malammmu malam ini, bukankah akan terlihat estetik?
Aku tak habis berpikir, romeo dan juliet berpelukan mati di ranjang atau di pemakaman
Yang aku inginkan
Kau menggigil kerinduan membaca bait yang kutuliskan
Karya: Hernowo Bayuaji
Malam
kesunyian terpahat di matamu
saat kau patahkan asaku
terbuang jauh dihempas angin, dimainkan riak sungai hingga
tercecer di sudut samudra
rembulan membayang di matamu
hingga ia pun bergoyang dihiasi
linangan air mata
merah penuh noda luka
nyanyian malam hinggap di dadamu
mengisi rongga-rongga rindu di hati
takkan hilang di sungai dangkal
kau…
merasakan semilir kata yang kuucapkan
2009
Malam 2
senja memantulkan harapan
pada sebuah ilalang yang bergoyang
terpejam impian dalam mulut mentari
waktu takkan usang untuk kujalani
senja bertepi, langitpun kelam
rembulan belum tersenyum tapi
kata-kata sudah tercecer di danauku
matamu menyiratkan telaga kerinduan
bayang burung camar mengingatkanku pada
kanvas perempuan bermata anggrek ungu
masih kuingat pada perjumpaan malam itu
apakah malam masih menyelimutimu?
tangannya melindungimu dari sisi gelap yang
menempel dalam jubahnya
mungkin juga kehadiranku disitu
saat bintang memanggil, rembulan berayun maka
seketika malam jadi kerinduan
2009
Malam 3
malam masih menjadi catatan beku
meski tersisa setengah waktu milikmu
biar…
tak kau sisakan minuman itu
cepatlah kau habiskan sebelum api cemburu
merobek rasa kangenku
padamu
2009
Malam kerinduan
sepotong rembulan menemani perjalanan ke timur
tak ada sepotong sajak terucap dari
bibirku yang kian beku
pepohonan, jalanan ini masih sepotong
meski kanvas hatiku robek tercecer di sisi jembatan
sebuah ekstase perjalanan lelaki katamu..
rembulan menampakan sepotong wajahnya yang
kusam ditelan waktu
suara rindu tenggelam di dadaku
bila kata terpasung dalam
sepotong balok simbiosis
rembulan mulai berkata-kata
mengatakan sebuah coretan warna hati dan
mengalirnya hati saat perjumpaan
maka biarkan aku kehilangan sepotong jiwa
yang kutitipkan dalam ranjang hatimu
Biodata Penulis
Hernowo Bayuaji dilahirkan di desa sumpiuh pada tanggal 21 juni 1988, ia mengawali hobi menulis puisi saat ia duduk di bangku SD. Dalam pelajaran mengarang ia selalu mendapatkan pujian dari guru kelas. Di bangku SMP ia menjuarai beberapa kejuaraan baca puisi dan macapat (puisi jawa), dari sinilah ia sadar akan bakatnya.Ia mencintai puisi dan sering membuat puisi untuk ditempel di kamarnya, disini ia bercita-cita agar puisinya dapat dibaca oleh banyak orang. Ia mulai menulis puisi dari SMP serta menulis cerpen, namun sayangnya karya-karyanya dikonsumsi sendiri. Di bangku SMA karya-karyanya sudah mulai dipublikasikan meski jumlahnya sedikit, dari majalah Gaul sampai Mop.
Bayuaji adalah seseorang yang tenggelam dalam lautan imajinasi, dan ia tak ingin kembali ke dunia yang dulu. Ia adalah seseorang yang idealis dan memiliki hobi untuk menuliskan segenggam realitas kehidupannya dan dimanifestasikan ke dalam puisinya. Baginya puisi adalah danau, dan kata yang meloncat adalah ikan. Ikan akan selalu leluasa bergerak bebas seperti kata yang meloncat dari puisi.Ia memiliki motto yaitu agar tak menyerah pada keadaan dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Karya-karyanya antara lain terkumpul dalam berbagai buku antologi puisi yaitu Syair fajar(penerbit mimbar), Ketika malam tak mau pulang dan buku Boepoest press.
2009
Sabtu, 17 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Puisiku masih banyak warna yang selalu berubah ya???
BalasHapus